Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2013

Spiritualitas dalam Joged Gemoy

  (Ini adalah teks Filtum [Filsafat Tujuh Menit] yang dibacakan pada live IG Kelas Isolasi, 12 Maret 2024) Ya, kita tahu siapa yang pasti menang pada pilpres tahun ini. Orang yang dalam kampanyenya mengandalkan suatu gerakan tari yang dilabeli sebagai joged gemoy. Meskipun cerita tentang ini sudah beredar luas, saya harus ulas sedikit tentang darimana asal usul joged gemoy ini berdasarkan pengakuan Prabowo sendiri dalam podcast Deddy Corbuzier. Menurut Prabowo, gaya joged tersebut terinspirasi dari joged spontan yang dilakukan kakeknya, Pak Margono. Usut punya usut, ternyata gaya tersebut masih ada kaitannya dengan kisah pewayangan, "Kakek saya orang Jawa dari Banyumas, zaman itu belum ada televisi, jadi hiburannya wayang," kata Prabowo mulai bercerita. Dalam sebuah cerita wayang (yang diperagakan wayang orang itu), sang kakek merasa senang dengan sosok tokoh Pandawa dan Kurawa di mana gerakannya seperti orang yang sedang melakukan pencak silat. "Pandawa dan Kurawa, p

Django Unchained (2012): Tarantino Menggila Lagi

  Meski mengandalkan estetika film "kelas B", Tarantino jelas bukan sutradara "kelas B". Sejak film pertamanya yang berjudul Reservoir Dogs (1992), Tarantino menunjukkan dirinya bisa membuat film yang terkesan murahan -karena latar yang minimalis, adegan yang dominan berdarah-darah, aktor yang sedikit, musik yang ready-use , dan dialog yang amat keseharian- namun cukup konseptual, berprinsip, dan referensial. Dalam arti kata lain, ia menjadikan estetika "kelas B" ini sebagai pilihan pribadinya, bukan karena desakan dana yang minim. Walhasil, atas karakteristik filmnya yang khas dan boleh dibilang idealistik, Tarantino mempunyai penggemarnya sendiri. Kita tidak bisa menyamakan popularitas Tarantino ini dengan sutradara Hollywood spesialis box office seperti Steven Spielberg atau Peter Jackson. Namun ia jelas akan dikenang sebagai seseorang yang kokoh memegang teguh gaya estetikanya seperti seorang David Lynch. Maka itu, kemunculan Django Unchained

Akechi Mitsuhide dan Raja-Filsuf Platonis

Dalam bukunya yang berjudul The Republic , Plato menulis tentang konsep raja-filsuf. Konsep tersebut kurang lebih berarti: Seorang filsuf seyogianya menjadi raja. Dan seorang raja, ia harus sanggup menjadi filsuf. Definisi "filsuf" ini tentu saja paling mengundang perdebatan. Karena kenyataannya, mereka yang menjadi pemimpin seringkali mencitrakan dirinya sebagai cendekiawan. Tidak perlu dibahas bagaimana para politisi di Indonesia sangat senang berburu gelar akademik untuk mendapatkan suatu posisi penting di ruang lingkup kekuasaan. Gelar Magister dan Doktor menjadi "syarat wajib" agar pencitraannya terlihat seolah-olah ia memenuhi konsep raja-filsuf Platonis. Namun apakah filsuf identik dengan kepintaran? Tentu saja, berdasarkan arti katanya saja, tidak. Filsuf berarti orang yang mencintai kebijaksanaan (hal yang mana akan menimbulkan perdebatan lagi tentang apa itu kebijaksanaan!). Plato barangkali hendak berbicara tentang raja yang memahami segala sesuatu,