Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2014

Psychologismus-Streit dan Asal-Usul Perpecahan Aliran Kontinental dan Analitik dalam Filsafat

  Di akhir abad ke-19, diawali dari usaha pemisahan psikologi dari filsafat, muncul istilah Psychologismus-Streit atau "perselisihan psikologisme". Apa itu psikologisme? Psikologisme adalah pandangan bahwa segala konsep/ gagasan dalam filsafat (batasan pengetahuan, sistem logika, dan lain-lain) dapat ditarik penjelasannya pada pengalaman mental atau proses psikologis (Vrahimis, 2013: 9). Posisi psikologi yang kian mantap dengan penelitian empiriknya membuat filsafat mesti mendefinisikan kembali tugas dan posisinya: jika segala problem filsafat bisa direduksi pada aspek mental, masih adakah sesuatu yang disebut sebagai filsafat "murni"?  Menariknya, perselisihan ini tidak hanya di ranah perdebatan intelektual, tapi juga terbawa-bawa hingga ke ranah politik. Pada tahun 1913, 107 filsuf, beberapa diantaranya adalah Edmund Husserl, Paul Natorp, Heinrich Rickert, Wilhelm Windelband, Alois Riehl, dan Rudolf Eucken menandatangani petisi yang menuntut menteri kebudayaan Jer

Ketidakmungkinan Identitas

Kemarin saya berbincang dengan seorang penulis dan budayawan bernama Ahda Imran. Kami berbincang di Taman Cibeunying soal seni tradisi, kebudayaan, dan identitas. Katanya, kaum puritan, yang menginginkan segala seni mesti mengacu pada akarnya ( pure , murni), sering lupa bahwa sebenarnya akar itu sendiri tidak pernah ada yang murni. "Ada yang memainkan lagu ciptaan Mang Koko dengan cara yang lain sekali dan kemudian dikritik sebagai re-interpretasi yang keliru. Mungkin sang pengritik lupa bahwa jikapun Mang Koko masih hidup, ia juga pasti mengaku bahwa inspirasinya berasal dari sesuatu di luar," ungkap Kang Ahda. "Identitas itu hanya ada bagi orang mati," kata Rocky Gerung di suatu forum dua tahun silam, dalam rangka menjawab pertanyaan saya mengenai: Kenapa posmodernisme itu bukannya dijadikan peluang untuk menumbuhkan identitas kita? Kenapa ketika kita bicara tentang posmodernisme, kita malah kembali menoleh pada pemikiran-pemikiran Barat seperti Lyotard, Fouc

Sekilas Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu penting untuk dipelajari sebelum memasuki dunia penelitian. Dalam filsafat ilmu, kita membedakan terlebih dahulu dengan jernih perihal, misalnya, peristilahan ilmu, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan sains. Dalam filsafat ilmu juga kita belajar tentang arti dari teori, paradigma, metode, dan metodologi –hal-hal yang akan sering kita dengarkan pada pelajaran mengenai kualitatif nantinya-. Namun sebelum memasuki semua bangunan tersebut, ada fundamen yang harus terlebih dahulu dipahami, yaitu epistemologi.  Epistemologi  Bidang kajian filsafat konon ada tiga, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi yaitu belajar tentang hakikat, esensi, abstraksi, dan tentang “ada” dari sesuatu. Misalnya, bagaimana memandang manusia secara ontologis? Kita bisa memandang manusia sebagai apa yang dikatakan Martin Heidegger sebagai sebuah keterlemparan. “Ada”-nya manusia terlempar begitu saja tanpa sebuah rencana dan tanpa sebuah makna. Kita bisa juga pandang manusia seca